La Tansa kembali ngadain kumpul-kumpul silaturrahim antar kru Sabtu sore (15/11) kemaren. Acara yang diadain buat ajang silaturrahim ini, pastinya gak asal kumpul dong. Inisiatif Pinum kita, Zanuba Alfareni, selain ngadain silaturrahim juga digelar acara sharing ide dan evaluasi dengan para Redaktur Ahli.
Hadir dalam kesempatan kali itu, ust. Indra Gunawan, Lc. Penulis novel history Takdir Cinta ini mendapat porsi untuk ngulik kekurangan La Tansa dari segi kaderisasi. Sementara ust. Nur Fuad Shofiyullah, Lc. kebagian evaluasi dari cara pandang editing. Tak ketinggalan, kang Rizki Firmansyah dan bung Isa Anshori sang pimred kita tahun kemarin juga ikut nimbrung masalah tata letak dan perwajahan. Dan satu lagi, tokoh wanita Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) yang lagi naik daun, mbak Majidah, mbak Visa dan Bangun Prastiwi Zahro juga ikut beramai-ramai melihat La Tansa dari sudut alam lain.
Acara yang dipandu oleh moderator sekaligus Editor kita, Nailunni’am berjalan sangat hangat dan dipenuhi canda tawa, khas kumpul gontorians. Pembicara pertama dari ust. Indra berkomentar soal sisi kaderisasi yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius. Karena, jangan sampai ketika menjadi kru, hanya jadi kru yang kacangan dan gak mendapat manfaat apapun dari dunia jurnalistik ini. Setidaknya, seorang kru harus bisa jadiin menulis media baginya untuk berbagi. Beliau juga memberi masukan, salah satunya dengan trik mengembalikan tulisan kru yang ‘kurang’ dengan hasil editing yang lebih fresh.
Sedang dari ust. Nur Fuad, yang kebagian mengorek sisi editing, berkomentar tentang beberapa trik untuk membuat majalah ini bisa lebih profesional. Diantaranya dengan membuat rujukan ke beberapa situs, semisal KBBI online dan majalah online lainnya. Beliau juga ngungkap sedikit kenakalan kru yang kadang asal tulis dan enggan meng-edit ulang tulisannya. “Tak pelak, sang editor harus berani mengubah dan menata ulang hampir sebagian atau bahkan seluruh tulisan kru yang dirasa masih kurang,” ungkap beliau. “Gak jarang kan, kru tiba-tiba kaget ngeliat tulisannya di majalah kok bisa berubah drastis...” yang segera disambut tawa ngeh dari para kru.
Masalah tata letak juga disinggung bung Isa. Menurutnya, majalah edisi ketiga, terlalu mencolok pilihan warnanya. Gak mencerminkan profesionalitas. “Lebih bagusnya, kover sebuah majalah hanya punya satu obyek. Tegas dan representatif,” ujar beliau memberi masukan.
Yang akhirnya membuat jalannya acara makin panas, tak lain adalah mbak Majidah. Kalau hampir seluruh Redaktur Ahli adem ayem dan gak terlalu mengumbar, tapi beda dengan koordinator Study Club akhwat ‘Salsabila’ ini. Hampir semua edisi majalah tahun ini dibabat habis olehnya. Untung sang pimred, Mujib Abdurrahman gak terkapar di tempat saat menerima berbagai serangan beruntun mbak Majidah. Salah satunya soal rubrik ‘Tasliyah’ alias karikatur yang dihilangkan.
Untungnya selesai mbak Majidah, mbak Visa yang masih putri ust. Hasan, pimpinan pondok kita, lantas memberi angin segar. “Mungkin ini yang akan ana sampein ke Bapak. Kenapa sisi tulis menulis, kayaknya masih kurang dapet perhatian di pondok. Moga aja, nantinya di Gontor dunia tulis menulis bisa berkembang pesat dari sejak masa santri.”
Masukan terakhir datang dari temen kita yang juga aktivis Lakpesdam NU, Bangun Prastiwi Z. Mahasiswi yang pernah diamanahi sebagai pengasuhan santri ini memberi masukan, “Kalau Lakpesdam NU juga bisa bikin buku, kenapa kita tidak?” sebuah usul yang sangat berarti. Bukan usul yang baru, tapi setidaknya memberi kita semangat kembali untuk menyelesaikan proyek buku dari diskusi al-Qudwah, yang kemarin sudah mulai berjalan.
Selesai sholat Maghrib berjamaah, acara ditutup dengan dinner bareng dan diskusi menanggapi berbagai komentar dan evaluasi sore tadi. Sebelum semuanya berakhir, ust. Indra menutup acara dengan doa agar kita semua diberi kemudahan menghadapi ujian Januari nanti. Dan sebagiamana biasa, khas para kru yang suka foto-foto, kali ini para kru juga kembali bergaya bersama para redaktur ahli, sebelum kembali ke flat masing-masing. Tentu tidak dengan isi kepala kosong, karena berbagai evaluasi dan PR dari sesepuh-sesepuh kita tadi masih menunggu untuk ditindaklanjuti. Salam Sukses, Maan Najah, Nanjah Maan!!
Lanjut...
19.51 |
Category:
kopi darat
|
2
komentar